BERBAGAI TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Alam semesta mencakup
mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai
ukuran yang sangat kecil, missal seperti atom, electron, sel, amoeba, dan
sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah, benda-benda yang memiliki ukuran yang
sangat besar, seperti bintang, planet, dan galaxy.
Konsep pemikiran manusia
tentang universe atau alam semesta sangat radikal. Awalnya para ilmuan astronom
menetapkan bahwa manusialah yang sebagai pusat, yang diberi nama teori
egosentris. Setelah itu mereka menetapkan bumi yang menjadi pusat yang ditokohi
oleh Cladius Ptolemeus. Teori ini dikenal dengan geosentris. Namun setelah itu
Nicolas Copernicus mengungkap teori baru di mana matahari dijadikan pusat alam
semesta, heliosentris. Namun saat ini mereka baru menyadari bahwa teori
tersebut lebih cocok digelayutkan pada tatasurya. Dan tatasurya hanyalah
sebagian dari galaksi, dan galaksi adalah satu kumpulan bintang dari banyak
kumpulan bintang di alam semesta.
Galaxy, Langit
dihiasi bintang-bintang yang jumlahnya tak terhitung, yang bias diamati dengan
mata telanjang maupun teropong bintang. Bintang-bintang berkumpul dalam suatu
gugusan, meskipun antar bintang berjauhan di angkasa. Galaksi tak ubahnya bak
sekumpulan anak ayam yang tak mungkin untuk dipisahkan dari induknya. Di mana
ada anak ayam di situ pasti ada induknya. Sama halnya bintang-bintang di
angkasa sana mereka tak mungkin gemerlap sendirian tanpa disandingi dengan
bintang lainnya.
a.
Hipotesis
nebula
Hipotesis
nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun 1775.
Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun
1796. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula
Kant-Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa.
Kabut
ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Unsur gas sebagian
besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan
akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus
menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut
memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan
cara yang sama, planet luar juga terbentuk.
b. Hipotesis planetisimal
Hipotesis
planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya
kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
c.
Hipotesis pasang surut
bintang
Hipotesis
pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold
Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan
hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya
matahari.
d.
Hipotesis
kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
e.
Hipotesis
bintang kembar
Hipotesis bintang
kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan
f. Hipotesis
bing bang
Big Bang merupakan
salah satu teori tentang awal pembentukan jagat raya. Teori ini menyatakan
bahwa jagat raya dimulai dari satu ledakan besar dari materi yang densitasnya
luar biasa besar. Impilikasinya jagat raya punya awal dan akhir.
Komentar
Posting Komentar